Ilham Akhsanu Ridlo
banner
sciencewatchdog.id
Ilham Akhsanu Ridlo
@sciencewatchdog.id
PhD-ing @ifkw.bsky.social research focuses on the intersection of #sciencejournalism and the political process in health policymaking. ⚠️Views are my own.

Editor-in-Chief: https://ScienceWatchdog.id
Recent research: https://orcid.org/0000-0001-5751-3665
Cerita Rafflesia dari Oxford Memicu Debat tentang Representasi, Pengakuan Ilmiah, dan Visibilitas Global Selatan

Artikel ini adalah versi bahasa Indonesia dari artikel Oxford’s Rafflesia Messaging Sparks Debate Over Representation, Scientific Credit, and Global South Visibility yang sudah diakses…
Cerita Rafflesia dari Oxford Memicu Debat tentang Representasi, Pengakuan Ilmiah, dan Visibilitas Global Selatan
Artikel ini adalah versi bahasa Indonesia dari artikel Oxford’s Rafflesia Messaging Sparks Debate Over Representation, Scientific Credit, and Global South Visibility yang sudah diakses oleh pembaca lebih dari 3.800 kali per 27 November 2025. Penemuan kembali bunga langka Rafflesia hasseltii di Sumatera Barat telah memicu perdebatan tak terduga mengenai cara lembaga Global Utara menyajikan cerita konservasi, tentang siapa yang mendapatkan pengakuan ilmiah, dan bagaimana peneliti dan kontributor lokal dari Global Selatan diwakili dalam ekosistem media global.
sciencewatchdog.id
November 27, 2025 at 1:37 PM
Jurnalisme di Indonesia: Dari Watchdog ke Edukator

Bersamaan dengan rutinitas riset, minggu lalu saya menyempatkan diri membaca, dan menulis ulasan laporan Worlds of Journalism Study Wave 3. Laporan Riset WJS3 ini dirilis ke publik pada akhir Oktober 2025, merangkum studi yang berlangsung antara…
Jurnalisme di Indonesia: Dari Watchdog ke Edukator
Bersamaan dengan rutinitas riset, minggu lalu saya menyempatkan diri membaca, dan menulis ulasan laporan Worlds of Journalism Study Wave 3. Laporan Riset WJS3 ini dirilis ke publik pada akhir Oktober 2025, merangkum studi yang berlangsung antara 2021 hingga 2025 dan menjadi salah satu survei global terbesar mengenai profesi jurnalis. Secara singkat, proyek riset gelombang ketiga ini mengumpulkan lebih dari 32.350 responden dari 75 negara untuk memetakan bagaimana jurnalis memahami risiko, kebebasan, nilai, dan ketidakpastian dalam pekerjaan mereka.
sciencewatchdog.id
November 24, 2025 at 11:15 AM
Oxford’s Rafflesia Messaging Sparks Debate Over Representation, Scientific Credit, and Global South Visibility

A rediscovery of the rare Rafflesia hasseltii in West Sumatra has sparked an unexpected debate over how international institutions frame conservation stories, who receives scientific…
Oxford’s Rafflesia Messaging Sparks Debate Over Representation, Scientific Credit, and Global South Visibility
A rediscovery of the rare Rafflesia hasseltii in West Sumatra has sparked an unexpected debate over how international institutions frame conservation stories, who receives scientific credit, and how Global South researchers are represented in global media ecosystems. While the University of Oxford’s press and social media materials have circulated widely, scientists and netizens in Indonesia argue that the narrative structure used by international media reinforces imbalances that echo older colonial patterns in science communication.
sciencewatchdog.id
November 24, 2025 at 11:06 AM
The Rise of Scientific Sleuths: Ensuring Research Integrity

Recently, a new type of scientist has emerged. These are individual researchers, bloggers, and independent analysts. They spend some of their time checking whether the science in published research is actually correct. These actors, who…
The Rise of Scientific Sleuths: Ensuring Research Integrity
Recently, a new type of scientist has emerged. These are individual researchers, bloggers, and independent analysts. They spend some of their time checking whether the science in published research is actually correct. These actors, who call themselves or have been called by internet users "scientific sleuths", examine published work closely. They search for any evidence of image manipulation, data duplication, or ghostwriting.
sciencewatchdog.id
October 18, 2025 at 10:57 AM
Reposted by Ilham Akhsanu Ridlo
It is almost time for the release of the findings of Wave 3 of the Worlds of Journalism Study. Keep an eye out on our socials for more information.
In the meantime, we are pleased to introduce you to the Executive Committee of the Worlds of Journalism Study.
October 8, 2025 at 5:10 AM
Reposted by Ilham Akhsanu Ridlo
It is almost time for the release of the findings of Wave 3 of the Worlds of Journalism Study. Keep an eye out on our socials for more information. In the meantime, we are pleased to introduce you to all the researchers from across the globe who are involved in the study.
October 11, 2025 at 4:41 AM
Reposted by Ilham Akhsanu Ridlo
It is almost time for the release of the findings of Wave 3 of the Worlds of Journalism Study. Keep an eye out on our socials for more information.
In the meantime, we are pleased to introduce you to the Executive Committee of the Worlds of Journalism Study.
October 7, 2025 at 5:13 AM
Mengapa Jurnalis Sains Tidak Boleh Melupakan “Null Result”

Laboratorium sains penuh dengan kesunyian yang jarang diberitakan. Ribuan studi setiap tahun berakhir tanpa hasil yang signifikan, mulai hasil uji statistik yang tidak memberikan korelasi, tidak ada perbedaan, tidak ada temuan baru, juga…
Mengapa Jurnalis Sains Tidak Boleh Melupakan “Null Result”
Laboratorium sains penuh dengan kesunyian yang jarang diberitakan. Ribuan studi setiap tahun berakhir tanpa hasil yang signifikan, mulai hasil uji statistik yang tidak memberikan korelasi, tidak ada perbedaan, tidak ada temuan baru, juga ratusan ujicoba yang gagal baik pada tataran uji metode maupun uji coba hingga replikasi hasil penelitiannya. Dalam bahasa statistik, hasil seperti itu disebut hasil nol (null result…
sciencewatchdog.id
October 13, 2025 at 4:17 PM
Krisis Data Ilmiah: Pemangkasan NIH Dan Akses Pengetahuan Global

Pada awal 2025, komunitas ilmiah internasional terkejut. Proposal pemerintahan Donald Trump mengusulkan pemangkasan hampir 40 persen anggaran National Institutes of Health (NIH). Lembaga ini selama lebih dari setengah abad telah…
Krisis Data Ilmiah: Pemangkasan NIH Dan Akses Pengetahuan Global
Pada awal 2025, komunitas ilmiah internasional terkejut. Proposal pemerintahan Donald Trump mengusulkan pemangkasan hampir 40 persen anggaran National Institutes of Health (NIH). Lembaga ini selama lebih dari setengah abad telah menjadi pusat penelitian biomedis dunia. Ia juga berperan sebagai pengelola berbagai basis data publik yang menopang sistem pengetahuan global. Di atas kertas, pemotongan tersebut tampak seperti langkah efisiensi fiskal. Namun di balik angka anggaran itu tersembunyi konsekuensi yang jauh lebih besar—yaitu ancaman terhadap infrastruktur data ilmiah yang menjadi fondasi pengambilan keputusan kesehatan di seluruh dunia, utamanya di negara dengan pembiayaan riset kesehatan yang rendah.
sciencewatchdog.id
October 6, 2025 at 12:04 PM
Kepercayaan pada Sains Bukan Sebatas Ajakan Moral

Selama pandemi COVID-19, hampir semua kampanye kesehatan masyarakat di dunia mengulang pesan yang sama dengan memasang tagar “Percayalah pada sains” #trustinscience. Tagar itu menghiasi unggahan media sosial, yang disampaikan dengan keyakinan bahwa…
Kepercayaan pada Sains Bukan Sebatas Ajakan Moral
Selama pandemi COVID-19, hampir semua kampanye kesehatan masyarakat di dunia mengulang pesan yang sama dengan memasang tagar “Percayalah pada sains” #trustinscience. Tagar itu menghiasi unggahan media sosial, yang disampaikan dengan keyakinan bahwa masyarakat yang percaya pada ilmuwan akan lebih patuh pada anjuran kesehatan, mulai dari memakai masker hingga menerima vaksin. Pemerintah di berbagai negara, termasuk Indonesia, menganggap peningkatan kepercayaan terhadap sains sebagai kunci keberhasilan komunikasi risiko.
sciencewatchdog.id
October 5, 2025 at 3:10 PM
Jane Goodall: Warisan Ilmiah dan Keteguhan Jiwa (1934–2025)

Jane Goodall, primatolog dan konservasionis terkemuka, meninggal dunia pada 1 Oktober 2025 di California, Amerika Serikat, dalam sebuah tur ceramah di Amerika Serikat. Kematian disebabkan oleh penyebab alami. Kabar ini segera direspon…
Jane Goodall: Warisan Ilmiah dan Keteguhan Jiwa (1934–2025)
Jane Goodall, primatolog dan konservasionis terkemuka, meninggal dunia pada 1 Oktober 2025 di California, Amerika Serikat, dalam sebuah tur ceramah di Amerika Serikat. Kematian disebabkan oleh penyebab alami. Kabar ini segera direspon oleh banyak pihak sebagai kehilangan besar bagi sains dan gerakan pelestarian alam. Meski telah lama beralih sebagian dari aktivitas penelitian lapangannya ke advokasi dan pendidikan masa hidupnya, reputasi Goodall sebagai peneliti tetap melekat kuat — ia dikenal sebagai salah satu ilmuwan yang telah menyatukan riset mendalam dengan kepedulian publik terhadap masalah ekologi dan hak-hak hewan.
sciencewatchdog.id
October 2, 2025 at 9:51 AM
Science’s Unequal Ledger: Gender, Language, and the Hidden Costs of Productivity

A global survey of 908 environmental scientists across eight countries reveals that scientific productivity is influenced more by identity than by merit. Women publish up to 45% fewer English-language papers than men,…
Science’s Unequal Ledger: Gender, Language, and the Hidden Costs of Productivity
A global survey of 908 environmental scientists across eight countries reveals that scientific productivity is influenced more by identity than by merit. Women publish up to 45% fewer English-language papers than men, a gap that persists across career stages. For female non-native English speakers from lower-income nations, productivity falls by as much as 70% compared with male Anglophone peers from wealthy countries.
sciencewatchdog.id
September 20, 2025 at 10:09 AM
Kabar Baik: Sorbonne University Tinggalkan THE Rankings

Pada September 2025, Universitas Sorbonne mengumumkan keputusan penting, mulai 2026, universitas tersebut tidak lagi mengirimkan data ke Times Higher Education (THE) World University Rankings. Langkah ini ditempuh bukan semata reaksi instan,…
Kabar Baik: Sorbonne University Tinggalkan THE Rankings
Pada September 2025, Universitas Sorbonne mengumumkan keputusan penting, mulai 2026, universitas tersebut tidak lagi mengirimkan data ke Times Higher Education (THE) World University Rankings. Langkah ini ditempuh bukan semata reaksi instan, melainkan bagian dari strategi jangka panjang untuk mereformasi penilaian riset dan mempromosikan keterbukaan dalam sains. Dalam rilis resminya, Sorbonne menegaskan bahwa sistem pemeringkatan global, seperti THE, mengandalkan data dan indikator yang tidak sepenuhnya transparan.
sciencewatchdog.id
September 20, 2025 at 9:47 AM
Meninjau Ulang Jejak Awal Manusia di Sulawesi: Apa Maknanya bagi Arkeologi dan Narasi Prasejarah Asia Tenggara?

Penelitian di Calio, Sulawesi Selatan, menunjukkan bahwa kemampuan teknologi, penyebaran spasial, dan interaksi manusia dengan lingkungan selama awal Pleistosen jauh lebih kompleks…
Meninjau Ulang Jejak Awal Manusia di Sulawesi: Apa Maknanya bagi Arkeologi dan Narasi Prasejarah Asia Tenggara?
Penelitian di Calio, Sulawesi Selatan, menunjukkan bahwa kemampuan teknologi, penyebaran spasial, dan interaksi manusia dengan lingkungan selama awal Pleistosen jauh lebih kompleks daripada yang diperkirakan sebelumnya. Penemuan arkeologi terbaru di situs Calio di Sulawesi Selatan, sebagaimana dilaporkan oleh tim lapangan yang dipimpin oleh arkeolog senior Budianto Hakim dari Badan Riset dan Inovasi Nasional Indonesia (BRIN), menunjukkan bahwa hominin mungkin telah hadir di pulau Sulawesi sejak 1,04 juta tahun yang lalu, dan mungkin bahkan sejak 1,48 juta tahun yang lalu.
sciencewatchdog.id
August 24, 2025 at 12:49 PM
Reexamining the Early Footprints of Humans in Sulawesi: What Does It Mean for Archaeology and the Prehistoric Narrative of Southeast Asia?

Research at Calio, South Sulawesi, suggests that technological capabilities, spatial dispersal, and human-environment interactions during the early Pleistocene…
Reexamining the Early Footprints of Humans in Sulawesi: What Does It Mean for Archaeology and the Prehistoric Narrative of Southeast Asia?
Research at Calio, South Sulawesi, suggests that technological capabilities, spatial dispersal, and human-environment interactions during the early Pleistocene were far more complex than previously assumed. The latest archaeological discoveries at the Calio site in South Sulawesi, as reported by a field team led by senior archaeologist Budianto Hakim from the National Research and Innovation Agency of Indonesia (BRIN), suggest that hominins may have been present on the island of Sulawesi as early as 1.04 million years ago, and possibly as far back as 1.48 million years ago.
sciencewatchdog.id
August 24, 2025 at 12:35 PM
Memahami “Ilusi” Dampak Riset

Dalam dunia akademik kontemporer, “dampak riset” telah menjadi kata kunci yang tidak bisa diabaikan. Lembaga pendanaan menuntutnya. Universitas mengangkatnya sebagai indikator kinerja. Peneliti menyisipkannya ke dalam proposal, laporan, dan strategi diseminasi. Tetapi…
Memahami “Ilusi” Dampak Riset
Dalam dunia akademik kontemporer, “dampak riset” telah menjadi kata kunci yang tidak bisa diabaikan. Lembaga pendanaan menuntutnya. Universitas mengangkatnya sebagai indikator kinerja. Peneliti menyisipkannya ke dalam proposal, laporan, dan strategi diseminasi. Tetapi di balik maraknya narasi dampak, terdapat ketegangan mendasar antara nilai ilmiah, tuntutan publik, dan manajemen berbasis hasil. Apakah dampak riset benar-benar tentang kontribusi terhadap masyarakat, atau telah menjadi mitos baru dalam birokrasi ilmu pengetahuan?
sciencewatchdog.id
August 23, 2025 at 3:14 PM
Praktik Tercela: Memanipulasi Sitasi Google Scholar

Google Scholar (GS) telah lama menjadi indikator cepat untuk menilai reputasi ilmiah. Gratis, mudah diakses, dan mencakup berbagai dokumen, platform ini jauh lebih populer daripada basis data komersial seperti Scopus atau Web of Science yang…
Praktik Tercela: Memanipulasi Sitasi Google Scholar
Google Scholar (GS) telah lama menjadi indikator cepat untuk menilai reputasi ilmiah. Gratis, mudah diakses, dan mencakup berbagai dokumen, platform ini jauh lebih populer daripada basis data komersial seperti Scopus atau Web of Science yang lebih komersial dalam pemanfaatannya. Sekalipun didirikan oleh perusahaan raksasa teknologi Google, pada kondisi ini GS dapat dimanfaatkan sebagai alat yang mudah, murah dan punya akses pemanfaatan data secara terbuka.
sciencewatchdog.id
August 19, 2025 at 8:33 PM
Royal Society Akan Membuka Akses Jurnal Ilmiahnya Mulai Tahun Depan

Akademi Ilmu Pengetahuan Inggris mengadopsi model ‘berlangganan untuk akses terbuka’, dengan perpustakaan diminta untuk mendukung transisi tersebut. Seperti yang diberitakan Miryam Naddaf di Nature, 6 Agustus kemarin, mulai tahu…
Royal Society Akan Membuka Akses Jurnal Ilmiahnya Mulai Tahun Depan
Akademi Ilmu Pengetahuan Inggris mengadopsi model ‘berlangganan untuk akses terbuka’, dengan perpustakaan diminta untuk mendukung transisi tersebut. Seperti yang diberitakan Miryam Naddaf di Nature, 6 Agustus kemarin, mulai tahu depan, Royal Society (lembaga sains tertua di Inggris) akan mencoba cara baru untuk membuat jurnal ilmiahnya gratis dibaca (read) dan dipublikasikan (publish). Cara ini disebut dengan model Subscribe to Open…
sciencewatchdog.id
August 13, 2025 at 6:13 PM
Hibriditas Dosen di Indonesia

Setidaknya dalam satu dasawarsa terakhir, profesi dosen di Indonesia mengalami pergeseran fundamental. Lebih dari hanya mengajar, membimbing, dan meneliti, mereka kini dituntut menguasai serangkaian peran yang membentang dari administratur, kreator konten,…
Hibriditas Dosen di Indonesia
Setidaknya dalam satu dasawarsa terakhir, profesi dosen di Indonesia mengalami pergeseran fundamental. Lebih dari hanya mengajar, membimbing, dan meneliti, mereka kini dituntut menguasai serangkaian peran yang membentang dari administratur, kreator konten, wirausahawan, penggalang dana, hingga influencer akademik bahkan politisi kampus. Fenomena ini, yang dalam kajian sosiologi disebut sebagai hibriditas. Peran hibridia ini juga menjangkiti hampir semua bidang kerja, namun di dunia akademik, dampaknya terasa lebih pelik.
sciencewatchdog.id
August 11, 2025 at 7:35 AM
Indonesia’s Open Science Pioneer Grapples With Grassroots Limits

When Indonesian geologist Dasapta Erwin Irawan first encountered the idea of open science in 2013, it was not through policy mandates or institutional reforms, but by accident. “Idle time,” he says. “Serendipity again, I met someone…
Indonesia’s Open Science Pioneer Grapples With Grassroots Limits
When Indonesian geologist Dasapta Erwin Irawan first encountered the idea of open science in 2013, it was not through policy mandates or institutional reforms, but by accident. “Idle time,” he says. “Serendipity again, I met someone who introduced me to open science.” That someone was the late Jon Tennant, a British paleontologist and open science advocate whose personable approach made a lasting impression on Dasapta.
sciencewatchdog.id
July 22, 2025 at 6:16 PM
Open Science di Indonesia: Wawancara Bersama Dasapta Erwin Irawan

Pada tahun-tahun awal 2010-an, istilah Open Science (OS) mungkin masih terdengar asing bagi sebagian besar akademisi Indonesia. Namun tidak bagi Dasapta Erwin Irawan, hidrologis dari Institut Teknologi Bandung (ITB), yang kelak…
Open Science di Indonesia: Wawancara Bersama Dasapta Erwin Irawan
Pada tahun-tahun awal 2010-an, istilah Open Science (OS) mungkin masih terdengar asing bagi sebagian besar akademisi Indonesia. Namun tidak bagi Dasapta Erwin Irawan, hidrologis dari Institut Teknologi Bandung (ITB), yang kelak dikenal sebagai salah satu pelopor gerakan ini di tanah air, keterlibatannya bermula dari sesuatu yang lebih personal dan tak terencana. Sebuah waktu luang. "Kalau saya, idle time, kemudian serendipity lagi, saya kenal orang, orang itu mengenalkan open science, orang yang sama juga mengenalkan komunikasi sains, bahwa output research itu bukan hanya paper dalam jurnal."
sciencewatchdog.id
July 22, 2025 at 1:28 PM
Sains dan Dislokasi Budaya

Oleh: Ilham Akhsanu Ridlo Konsep “science” tidak bersifat universal, ia merupakan konstruksi budaya yang maknanya berbeda-beda tergantung pada konteks historis, epistemologis, dan linguistik suatu masyarakat. Di negara-negara berbahasa Inggris, “science” secara sempit…
Sains dan Dislokasi Budaya
Oleh: Ilham Akhsanu Ridlo Konsep “science” tidak bersifat universal, ia merupakan konstruksi budaya yang maknanya berbeda-beda tergantung pada konteks historis, epistemologis, dan linguistik suatu masyarakat. Di negara-negara berbahasa Inggris, “science” secara sempit merujuk pada ilmu-ilmu alam (natural sciences), sedangkan dalam konteks Jerman, kata Wissenschaft mencakup seluruh bidang keilmuan, termasuk humaniora dan ilmu sosial, juga “nauka” di Polandia mencakup pembelajaran yang lebih luas.
idscl.blog
July 18, 2025 at 6:13 AM
Universitas India Akan Dikenai Penalti atas Artikel Retraksi Negatif: Integritas Ilmiah Masuk Perhitungan Akreditasi

Sistem pendidikan tinggi India telah lama terobsesi pada kuantitas. Jumlah publikasi, indeks sitasi, dan metrik jurnal telah menjadi mata uang utama untuk promosi akademik,…
Universitas India Akan Dikenai Penalti atas Artikel Retraksi Negatif: Integritas Ilmiah Masuk Perhitungan Akreditasi
Sistem pendidikan tinggi India telah lama terobsesi pada kuantitas. Jumlah publikasi, indeks sitasi, dan metrik jurnal telah menjadi mata uang utama untuk promosi akademik, peringkat universitas, dan pendanaan riset. Namun apa jadinya jika obsesi terhadap angka justru menggerus fondasi ketelitian ilmiah? Keputusan terbaru Kementerian Pendidikan India untuk memberikan penalti pada universitas yang artikel risetnya ditarik kembali (retracted) dalam kerangka National Institutional Ranking Framework (NIRF) bisa menjadi langkah awal menuju koreksi yang telah lama ditunggu.
sciencewatchdog.id
July 12, 2025 at 4:51 PM
Keilmuan Komunikasi Sains Itu Sendiri Sedang Bermasalah

Selama lebih dari lima dekade, bidang komunikasi sains telah berkembang dari sekadar praktik amatir menjadi suatu disiplin semi-profesional, dilengkapi dengan teori, metode, dan kanon akademik yang terus berkembang. Jurnal ilmiah tumbuh…
Keilmuan Komunikasi Sains Itu Sendiri Sedang Bermasalah
Selama lebih dari lima dekade, bidang komunikasi sains telah berkembang dari sekadar praktik amatir menjadi suatu disiplin semi-profesional, dilengkapi dengan teori, metode, dan kanon akademik yang terus berkembang. Jurnal ilmiah tumbuh subur, konferensi rutin digelar, dan keterlibatan publik menjadi bagian dari misi institusi pendidikan tinggi. Namun, meskipun infrastruktur intelektual telah terbentuk, satu persoalan tetap mengemuka yaitu mengapa masyarakat terus-menerus menolak, mengabaikan, bahkan mempolitisasi nasihat ilmiah, bahkan saat menyangkut krisis eksistensial?
idscl.blog
July 1, 2025 at 5:18 PM
Komunikasi Sains Telah Berkembang, Tapi Masih Mencari Arah

Dalam lima dekade terakhir, dunia menyaksikan tumbuhnya sebuah bidang yang dulu dianggap pinggiran yaitu komunikasi sains (science communication). Upaya yang awalnya merupakan inisiasi ilmuwan untuk mempopulerkan apa yang mereka lakukan di…
Komunikasi Sains Telah Berkembang, Tapi Masih Mencari Arah
Dalam lima dekade terakhir, dunia menyaksikan tumbuhnya sebuah bidang yang dulu dianggap pinggiran yaitu komunikasi sains (science communication). Upaya yang awalnya merupakan inisiasi ilmuwan untuk mempopulerkan apa yang mereka lakukan di Laboratorium, lalu upaya individu menulis esai populer atau berkembang membangun museum sains. Kini komunikasi sains telah menjadi disiplin akademik dengan literatur mapan, jurnal khusus, program pascasarjana, dan jejaring global yang dinamis.
idscl.blog
July 1, 2025 at 3:44 PM