rum.
banner
rumbitte.bsky.social
rum.
@rumbitte.bsky.social
rps/rpf | REAL PEOPLE SLASH ALIAS SHIP HOMO ORANG BENERAN YA TERIMA KASIH TOLONG JANGAN HUJAT KALAU GAK SUKA MINGGAT AJA PLEASE DLDR BROWWW
"Nanti kita ketemu lagi, ya."

Suaranya lembut. Lembut sekali. Suara yang selalu Nang cari-cari setiap hari saat mereka masih bisa bertemu—dalam keadaan hidup.

"Walaupun kangen, tunggu sampai waktunya tepat. Oke?"

Pandangan Nang menggelap sepenuhnya.

"Dadah, Nang."

—tamat.
November 12, 2025 at 4:02 PM
Ia bisa merasakan pandangannya mulai menggelap dengan tubuh yang ikut terkulai lemas.

Nang bisa mendengar jeritan ibunya, dan suara berisik orang-orang yang tidak ia kenal. Namun, ada satu. Satu suara yang ia kenal baik.

"Nang."

Sebelum penglihatannya direnggut, Nang melirik ke sudut ruangan.
November 12, 2025 at 3:48 PM
Nang harap, semua ini cuma mimpi.

Padahal, Jjyun berjanji akan kembali. Kak Jjyun sudah janji, kalau mereka akan bertemu lagi, bermain bersama lagi.

Jjyun memang kembali, tapi tidak dalam keadaan hidup. Ia tidak menepati janjinya untuk bermain bersama Nang lagi.

"Bohong—"

Nang sulit bernapas.
November 12, 2025 at 3:48 PM
Ibunya bergerak untuk memeluk putra bungsunya dari samping. Membiarkan Nang menangis sambil berusaha menggapai tubuh Jjyun yang terlampau kaku.

"Kak Jjyun—" Suaranya tercekat.

Tubuh Jjyun tampak kabur di balik tetesan air mata yang mengalir tanpa bisa ia kendalikan.

"Kenapa Kak Jjyun—"
November 12, 2025 at 3:48 PM
Wajah Jjyun pucat sekali, tidak lagi ada semu kemerahan setiap kali maniknya melihat Nang.

Tanpa sadar, tangan Nang bergerak untuk menyentuh wajah Jjyun. Keras dan dingin. Rasanya seperti sedang memegang patung wax yang dibiarkan dalam lemari pendingin.

Air matanya mengalir.

"Bu, Kak Jjyun—"
November 12, 2025 at 3:48 PM
Saat melangkah di depan rumah Jjyun, Nang bisa melihat begitu banyak orang berkumpul. Menangis.

"Bu—"

Ibunya tidak membalas, ia menarik tangan Nang untuk mendekati sebuah peti kayu berwarna putih di tengah ruang tamu tersebut.

"Nang, pamitan dulu, yuk, sama Jjyun."

Nang bisa melihatnya.
November 12, 2025 at 3:48 PM
—kalau dia kembali, tapi Nang tidak mampu mengucapkannya.

"Karena itu kita mau ke sana. Ketemu Jjyun. Udah sarapannya?"

Nang menunjukkan piring yang sudah ia cuci bersih, lalu diletakkan di rak piring.

"Yuk."

Selama Nang mengekor di belakang, ia hanya terdiam. Tumben. Nang sendiri merasa ganjil.
November 12, 2025 at 3:48 PM
"Kemarin. Nang langsung tidur, sih. Jadinya gak ketemu, deh. Sekarang kita mau ke rumahnya Jjyun. Yuk, bangun."

Nang tidak membalas. Ia melakukan semua yang diperintahkan ibunya. Mandi, berpakaian rapi, lalu sarapan sedikit untuk mengisi perutnya yang kosong.

"Kenapa Kak Jjyun gak bilang—?"
November 12, 2025 at 3:48 PM
"Bangun, yuk. Kita harus pamitan sama Jjyun."

"Kenapa harus pamitan?"

Ibunya tidak mengatakan apa-apa, hanya tersenyum. "Mandi dulu sana," suruhnya, sambil menarik Nang untuk bangun dari kasur.

"Bu, kenapa harus pamitan sama Kak Jjyun?"

"Soalnya Jjyun mau pergi."

"Loh, kapan Kak Jjyun balik?"
November 12, 2025 at 3:48 PM
Nang mengerjapkan matanya. Rasa kantuk masih menguasai.

Tiba-tiba ia merasakan elusan lembut di kepala. "Ibu sengaja gak bangunkan kamu kemarin. Sekarang lapar, gak?"

Nang menggeleng. Ia merasa baik-baik saja saat ini meski cuma makan saat sarapan kemarin.

Ibunya tersenyum, lalu memeluk Nang.
November 12, 2025 at 3:48 PM
Ia masuk ke dalam kamar, membaringkan diri di atas kasur, lalu semuanya jadi gelap.

Apakah Nang kelelahan? Padahal kegiatannya kemarin hanya di sekolah 3 jam, lalu pulang.

Hal pertama yang Nang lihat setelah mendapat kesadaran kembali adalah sang Ibu yang membangunkannya.

"Nang."
November 12, 2025 at 3:48 PM
"—Jjyun kembali ke Rumah Bapa di surga."

Senyuman terpaksa muncul di wajah perempuan yang semakin erat menggenggam tangan Nang.

"Besok pagi, akan diadakan ibadah penghiburan dan pemakaman. Nak Nang ikut, ya. Pamitan sama Jjyun untuk terakhir kalinya."

Nang tidak ingat apa yang terjadi setelahnya.
November 12, 2025 at 3:48 PM
"Gak lama setelah kami pindah, Jjyun jatuh sakit."

Tangan ibunya Jjyun bergerak untuk menggenggam Nang, entah untuk menguatkan siapa.

"Kemarin malam—"

Ibunya Jjyun menahan napas tanpa sadar. Suaranya bergetar meski ditahan.

Nang sepertinya mengerti ke mana alurnya, tapi ia menolak pikiran itu.
November 12, 2025 at 3:48 PM
"Nak Nang." Suara ibunya Jjyun terdengar serak, seakan dipaksa keluar sebelum siap. "Nak Nang, coba duduk dulu. Dengarkan Tante baik-baik, ya."

Nang tidak punya pilihan lain selain menurut. Jadi, ia duduk di sebelah ibunya Jjyun dan menyiapkan kedua telinga untuk mendengarkan apa pun itu.
November 12, 2025 at 3:48 PM
Nang tidak membuang banyak waktu. Ia buru-buru ganti baju, lalu kembali ke ruang ramu.

"Oh, iya, Tan. Kak Jjyun gak ikut ke sini?" tanyanya.

Kedua perempuan paruh baya itu tampak terkejut, apalagi ibunya Jjyun.

"Nang, gak sopan—"

"Gak apa-apa, Bu. Nang juga berhak tau."

Berhak tahu tentang apa?
November 12, 2025 at 3:48 PM
"Shalom, Tante."

Ibu Jjyun tersenyum tipis. "Lama tidak bertemu, Nang sudah besar sekarang. Semakin sopan juga."

Nang tertawa kikuk karena tiba-tiba dipuji. "Nang ganti baju dulu," pamitnya undur diri.

Nang melangkah pergi, tapi hatinya tidak tenang.

"Kenapa ibunya Kak Jjyun nangis, ya?"
November 12, 2025 at 2:33 PM
Ibunya tampak terkejut mendapati sang putra yang sudah berdiri di hadapan. "Oh, Nang. Jam berapa ini?"

"Shalom, Bu." Nang mengulurkan tangan, niat menyalami ibunya. "Ada rapat guru, jadinya pulang cepet."

Sudut mata Nang menangkap orang lain di sana, buat ia terkejut karena tidak sadar dari awal.
November 12, 2025 at 2:33 PM
Udara terasa panas dengan sengatan mentari yang mulai membakar kulit.

"Apa bakal hujan?" bisik Nang. "Makan mi kuah terus tidur siang pasti enak banget, tuh."

Nang lanjut mengayuh sampai rumah dengan cat oren muda muncul dalam pandangan. Ia sampirkan sepeda di halaman, lalu masuk ke dalam rumah.
November 12, 2025 at 2:33 PM
"Mau pulang," tolak Nang cepat.

Meski Nang yang selalu mengatakan "gas!" pada tiap ajakannya kini terasa ganjil, Syeong tidak mengatakan apa pun. Ia hanya mengangguk, lalu bergegas keluar kelas.

Nang segera merapikan tasnya, lalu berlari ke parkiran. Ia menaiki sepeda, lalu mengayuh pergi.
November 12, 2025 at 2:33 PM